Katakata sedih lainnya yang juga berbicara tentang penyakit adalah seperti tertera pada kutipan di atas. Bahwasanya, sesakit apa pun rasanya, suatu penyakit mesti dilawan sehingga bisa segera mendapatkan kesembuhan. 17. Hanya Sementara Aku yakin rasa sakit ini hanya sementara, dan semoga aku bisa mengambil hikmahnya. Kautelah membuatku sadar tentang makna hidup yang sebenarnya. Bukan berapa lama kau hidup. Tetapi apa yang kau lakukan dalam hidupmu. Cerpen ini menceritakan kehidupan seorang anak yang bernama Farid. Anak ini sedang sakit parah atau sedang menderita penyakit leukemia karena penyakitnya itu ia berputus asa dan tidak memiliki cita-cita. Diapunya penyakit jantung. Kemaren pas kamu main sama dia sama teman-teman kamu ,mungkin saat itu keadaan arya sudah pulih tetapi , arya drop dan harus pulang dan pindah ke lampung selama 3 tahun untuk menjalani pengobatan. Orang tuanya arya terpaksa pindah kesana, karna tidak mungkin bolak-balik dengan kondisi arya seperti itu lampung-jakarta Denganadanya penyakit ini membuatku semakin mengerti akan kasih sayang Tuhan. Empat Tahun sudah dimana Penyakit yang tumbuh di salah satu bagian tubuhku telah diangkat, meskipun begitu, aku tak pernah merasa tubuhku telah bebas dari penyakit itu, dan ternyata benar, penyakit itu telah kembali menyerang tubuhku, sedih memang tapi aku tak Untukmencari makna kata pada sebuah teks cerpen, dapat dilakukan melalui pencarian pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "langut" memiliki makna "merasa rindu (sedih, kasih, dan sebagainya)", sedangkan kata "kemelut" memiliki makna "keadaan yang berbahaya (tentang menderita penyakit, terutama Kamu menyelinap keluar lagi, maka aku akan memotong kaki pendekmu, putri mana yang berlari-larian saat hamil?"""Ada wabah dan sebagai dokter, aku tentu ingin pergi, aku tak mungkin diam saja, penyakitnya sudah menyebar sampai ke negara tetangga." CerpenSunda Sedih. Oleh karena itu mereka tidak pernah datang ke sumur. Kumpulan cerpen bahasa sunda terbaru hasil karya para sahabat cerpenmu, puluhan ribu cerita pendek cerpen telah diterbitkan disini! Cerpen Bahasa Sunda Tentang Guru Tugas Sekolah from seorang pembaca akan dibikin terpuruk, marah serta terharu saat membacanya. Selain menghibur tentunya vk3Dd. Gunawan Tri Atmojo /1/ Perempuan Muda dan Lelaki Tua Seperti biasa, sore itu ruang praktik Dokter Jolubo dipenuhi pasien. Dokter Jolubo adalah dokter umum yang memiliki tingkat kecocokan tinggi terhadap para pasiennya. Dia telaten dan teliti sehingga banyak pasien yang seharusnya berobat ke dokter spesialis memilih berkonsultasi kepadanya. Dua belas pasien antre di ruang tunggu itu. Jumlah itu pas dengan kursi yang tersedia. Jika ada tambahan pasien maka ia harus menunggu di luar ruangan. Di sudut tenggara ruangan itu seorang lelaki tua dan perempuan muda duduk bersisihan menunggu giliran diperiksa. “Dapat nomor antrean berapa Dik?” “Tiga. Kalau Bapak nomor berapa?” “Sembilan. Berarti sebentar lagi giliranmu. Antre dari pukul berapa Dik? “Tadi saya ambil nomor antreannya pagi Pak. Kalau tidak begitu bisa kelamaan antrenya.” “Harusnya saya juga begitu. Sakit apa Dik?” “Gusi berdarah Pak. Sudah seminggu tak sembuh-sembuh.” Mendengar jawaban itu, si lelaki tergelak lalu terbatuk-batuk. Semakin berusaha ia tahan tawanya semakin gencar batuk melandanya. “Masak hanya karena sariawan Adik periksa ke dokter dan dibelain ambil antrean dari pagi?” Terdengar nada meledek dalam pertanyaan lelaki itu yang kembali disusul dengan serentetan batuk tepat di sisi wajah si perempuan yang tampak mulai sebal dengan lelaki di sebelahnya. “Gusi berdarah itu beda dengan sariawan Pak. Ini juga sudah saya obati sendiri tapi tidak sembuh-sembuh dan mengganggu kerja saya sebagai penyiar radio.” “Betul Dik. Aku juga mendengar pengaruhnya. Setiap kata yang kamu ucapkan seakan diakhiri huruf s’. Kamu seperti mendesis-desis.” Lelaki itu kembali terbahak dan dengan serta merta batuk menyerangnya. Cara bercanda itu sama sekali tak terdengar lucu bagi perempuan itu. “Mampus kau dihajar batuk. Ayo teruslah menggonggong Pak Tua,” batin perempuan itu seraya tetap berusaha menjaga kesopanan. Akan tetapi, lelaki itu tampaknya memang sengaja dikirim untuk menambah ujian kesabarannya sebagai orang sakit. “Adik kan cuma sakit gusi berdarah, maukah bertukar nomor antrean dengan saya?” Permintaan lelaki itu lagi-lagi terdengar sangat melecehkan penyakitnya. “Memangnya ada yang salah jika sakit gusi berdarah berobat ke dokter?” batinnya. Barangkali dia akan mempertimbangkan permintaannya jika lelaki itu lebih sopan, lagipula dia sudah berjuang antre dari pagi, maka dia memutuskan untuk menolaknya. “ Maaf Pak, saya tidak bisa. Saya ada siaran setelah ini.” Ada nada kepuasan dalam jawaban itu yang membuat batuk si lelaki membadai dan disertai dahak, yang menjadikan perempuan itu merasa agak bersalah dan memerlukan basa-basi tambahan untuk menetralisirnya. “Kalau Bapak sakit apa?” Lelaki itu menjawabnya dengan disela batuk. “Te…be…ce…. TBC Dik.” Perempuan itu tak bisa menyembunyikan kekagetannya. Dia tahu pasti bahwa TBC itu penyakit yang ditularkan lewat kontak langsung dengan penderitanya. Dan lelaki itu sudah batuk-batuk sekitar setengah jam di dekatnya. Sudah berapa banyak mikrobakteri yang terhirup olehnya? Dengan gemetar, dia bergegas meninggalkan lelaki yang masih sibuk dengan batuknya itu. Dia mendekat ke ruang periksa meski nomor antreannya belum dipanggil. Tiba-tiba gusi berdarahnya tak lagi terasa sakit, tetapi kini dia justru dicemaskan oleh kemungkinan serangan penyakit lain yang jauh lebih ganas. /2/ Cakar Ayam Suatu ketika dalam pacaran kami yang membahagiakan, aku dan isteriku pernah saling mengajukan lelucon mengenai cakar ayam. Aku yang memulai lelucon itu dengan pertanyaan singkat. “Menurutmu, bagi ayam, cakarnya itu kaki atau tangan?” “Kaki, karena ia digunakan untuk berjalan.” “Salah. Cakar itu adalah tangan ayam. Lihatlah ketika ayam itu gatal, maka dia akan menggaruk dengan cakarnya, mana ada menggaruk itu menggunakan kaki? Manusia juga mencakar menggunakan tangan, bukan kaki.” “Betul juga, bahkan ketika memegang makanan yang bentuknya agak besar atau memanjang, ayam akan menggenggamnya dengan cakar. Biasanya cakar yang digunakan juga sebelah kanan. Benar-benar ayam yang sopan dan mengerti tatakrama. Kamu pernah tahu ada ayam yang kidal?” Aku tergelak mendengar jawabannya ini. Dia memang lebih lucu dibandingkan aku dan itu salah satu alasanku jatuh cinta kepadanya. “Dengan itu pula berarti ayam adalah binatang yang paling atraktif. Dia layak memimpin sirkus karena konsisten berjalan dengan tangannya. Kini giliranmu bercerita.” Dia hanya tersenyum mendengar leluconku barusan, terdiam sejenak lalu memulai leluconnya. “Dahulu nenekku yang sudah lama dirawat di rumah sakit dan akhirnya diizinkan pulang ingin menyuapiku. Waktu itu umurku lima tahun. Aku tak tahu penyakit apa yang diderita nenek tapi aku diperintahkan untuk menjauhinya. Saat itu nenek bersikeras menyuapiku dan berkata kepada ibuku, yang juga adalah anaknya, bahwa dia telah sembuh.” Dia menghentikan ceritanya dan menghela napas. Aku menunggu dan mengira bahwa ini akan jadi cerita sedih yang berlawanan dengan kesepakatan awal kami. “Akhirnya ibuku memperbolehkan nenek menyuapiku. Kami pun ke teras. Nenek duduk di kursi membawa mangkuk nasi beserta lauknya sedangkan aku makan sambil bermain-main. Aku menghampiri nenek begitu makanan di mulutku habis tertelan. Pada suapan ke sekian aku merasakan sesuatu yang nikmat yang tak kudapati pada suapan sebelumnya. Setelahnya aku bergegas menemui nenek. Nek, cakar ayamnya enak, aku mau lagi.’ Cakar ayam? Laukmu hanya sayur bayam dan telur dadar, Nduk.’ Nenek tampak kebingungan. Demikian juga aku. Setelah kuamati ada yang aneh dari jari nenek yang memegang sendok. Aku menunjukkan keanehan itu dan kemudian nenek mengamati jemarinya. Kami sama-sama kaget, jari tangan itu tinggal empat. Satu kelingkingnya telah hilang. Jauh hari setelahnya aku baru tahu bahwa nanek menderita lepra. Tapi tak apa, aku tetap sehat dan jari kelingking nenek waktu itu juga terasa lezat.” Dia mengakhiri ceritanya dengan elegan sedangkan aku terpingkal-pingkal. Aku tahu bahwa tak baik menertawakan orang sakit tapi yang diceritakannya saat itu memang benar-benar lucu. /3/ Membaca atau Bercinta “Mas, kamu lebih suka membaca atau bercinta?” Pertanyaan itu diajukan kekasihku karena cinta kami memang diwarnai buku. Tempat kencan favorit kami adalah toko buku. “Bercinta.” Dia tahu aku tak bisa berdusta kepadanya dan aku juga tak pernah berniat mendustainya. Cinta kami senantiasa membara dengan bahan bakar buku. Selama tiga tahun masa pacaran, hal paling romantis yang kami lakukan adalah bercinta di atas hamparan buku. Membaca dan bercinta adalah hal yang tak terpisahkan dari kami tetapi kami tahu persis perbedaannya. Membaca bisa kami lakukan sendiri-sendiri tetapi bercinta harus kami lakukan bersama-sama. Dan dalam bercinta kami juga dapat saling membaca tubuh masing-masing. Untuk menjembatani kesendirian saat membaca, kami membeli buku yang sama lalu membacanya di saat terpisah. Kami akan membicarakan buku itu ketika bertemu. Sepanjang membaca buku itu, kami akan membuat catatan kecil di tiap halaman yang kami anggap perlu. Catatan itu terkadang cuma berisi hal sepele tapi akan menjadi menarik ketika di waktu berlainan dibaca pasangan. Begitu merampungkan pembacaan, buku itu saling kami tukar. Kami akan membaca kembali catatan kecil yang menjadi jejak baca masing-masing. Hal semacam itu menguatkan tali cinta kami. Kami tidak hanya terikat secara perasaan tapi juga secara intelektual. Akan tetapi, ikatan semacam itu rupanya tak cukup kuat untuk membawa kami ke jenjang pernikahan. Perbedaan keyakinan yang berbuntut mampatnya restu dari keluarga besar menjelma pisau pemisah. Untuk meringankan derita, kami tak menganggap keluarga sebagai sebab utama perpisahan, melainkan penghormatan atas keyakinan masing-masing. Nasib pun membawa kami bertemu dengan orang yang ditakdirkan menjadi pasangan kami. Dia dibawa suaminya ke seberang pulau sedangkan aku menyusun hidup baru di kota ini dengan isteriku. Kami telah terpisah hampir lima belas tahun, ketika secara tak sengaja bertemu kembali di toko buku yang dulu sering kami kunjungi. Kami sama-sama terkejut. Tanpa kusangka pertanyaan lama meluncur dari bibirnya dan di hadapannya aku masih tak kuasa berdusta. “Mas, kamu lebih suka membaca atau bercinta?” “Membaca.” “Kenapa? Jangan-jangan isterimu tak menggairahkan lagi ya, atau kamu sudah impoten?” Dia masih ceplas-ceplos seperti dulu dan menganggap pertanyaan itu sebagai lelucon. Aku hanya tersenyum. Tak menjawabnya lagi. Diam adalah cara terbaik untuk tidak berdusta kepadanya. Tapi tebakan keduanya itu hampir mendekati kebenaran. Sudah hampir tiga tahun ini aku menderita ejakulasi dini. Solo, 2015 Cerpen Karangan Nada LinaKategori Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 26 May 2017 Mentari pagi bersinar cerah hari ini menyilaukan mataku seakan memaksaku untuk bangun dan melakukan aktivitas yang paling kubenci, apalagi kalau bukan sekolah. Aku menarik selimut dengan malas dan segera beranjak dari tempat tidur untuk segera mandi. Aku benci sekolah, mereka bilang ini menyenangkan namun bagiku ini terlihat seperti penjara, juga rumahku ini yang tak terasa seperti rumah bagiku. “Lira, sarapan udah siap” panggil mamaku dari dalam ruang makan dan tanpa menjawabnya aku langsung menuju ruang makan dan ada satu hal tak dapat kuartikan yang membuatku menitikkan air mata. Setelah semuanya telah siap kami bergegas untuk melakukan aktivitas di luar, dan seketika itu “Lira, ibu akan mengantar kak Lira dan ayah akan langsung menuju kantor karena ada meeting mendadak, kau bisa berangkat sendiri kam?” kata katanya lembut namun menyakitkan, dengan perasaan kecewa kupaksakan diriku untuk tetap tersenyum “Tidak apa apa, suatu hari nanti pasti akan ada waktu” tidak apa apa, toh hal ini setiap hari terjadi padaku. Aku meninggalkan mereka lebih dulu dengan perasaan kecewa, biasanya aku dapat berjalan cepat namu entah kenapa hari ini rasanya lambat dan nafasku tersengal mungkin terlalu banyak menahan air mata sehingga rasanya sesak sekali, “Jangan menahan air mata, lebih baik tumpahkan saja, berteriaklah jika kau mau” mungkin benar kata orang orang tak seharusnya aku menahan air mata dan kini rasanya membuat dadaku semakin sesak dan ingin berteriak. Di sekolah pun semuanya sama saja, semua orang memandangiku dengan tatapan membenci, seolah aku ini adalah hama yang harus secepatnya dibasmi. Hal hal seperti ini sudah terjadi kepadaku sejak awal tahun dan sepertinya hal ini telah merekat erat di dalam diriku, aku berusaha untuk tak menghiraukan tatapan mereka dan aku berusaha untuk tidak menangis walau sebenarnya aku ingin, aku selalu berharap semua akan berakhir. Seperti biasanya hari hari yang kujalani tak pernah berubah sedikit pun. Aku lelah, sungguh! Aku berharap waktu segera berputar dengan cepat agar aku dapat melihat hasil akhir, tapi kadang menyakitkan juga jika apa yang kita inginkan tak sesuai dengan apa yang kita dapatkan, sungguh menyakitkan. “Hey Lina! Kau tahu hari ini kau dapat surat dari penggemarmu, hebat bukan!” ucap Devina seraya bertepuk tangan kecil dan berpaling menjauh, aku tak mengerti maksudnya dan tanpa berpikir panjang aku membuka satu persatu surat dari mereka, “Hey Jelek! Apakah kau tidak bosan hidup”, “Hey! Sadar dirilah, kau bahkan tak pantas untuk tersenyum”, “kau pasti telah berharap bahwa kebahagiaan akan selalu ada bukan? Haha.. jangan terlalu banyak bermimpi!” itu semua adalah sebagian dari surat mereka, sungguh menyakitkan namun inilah takdir dan aku telah ditakdirkan seperti ini, namun ada satu hal yang membuatku bertanya tanya hingga tanpa kusadari aku mulai menitikkan air mata dan peranyaan itu adalah “Apa salahku kepada kalian? Apa aku tak pantas bahagia? Aku aku akan seperti ini? Di masa depan nanti, apakah akan sama seperti ini saja, jika tidak aku akan bersyukur dan jika ya mungkin aku tak akan sanggup hidup lebih lama. Bel pulang sekolah berbunyi dan semua siswa bergerombongan menuju pintu gerbang sekola, semua tampak memiliki pasangannya sendiri sendiri “pasti menyenangkan memiliki seorang teman” desahku dalam hati lalu meninggalkan ruang kelas. Aku berjalan dengan tak bersemangat menuju rumah, aku lelah dan segera ingin merebahkan diriku di kasur. Aku membuka pintu dan tak ada orang di sana, namun aku mendengar suara berisik dari balik dapur, keluarga kami tampaknya sedang bercanda sembari membuatkan kue ulang tahun. “Hai” sapaku singkat namun penuh harap, semua orang tampak terkejut melihatku sampai sampai tak ada yang menjawab sapaanku hingga akhirnya ayah angkat bicara “Hey, kau sudah pulang? Sejak kapan?” tanyanya, aku mengernyitkan dahi dan memiringkan kepalaku, apa maksudnya? Jadi selama ini mereka tak tahu mengenai jadwal jadwal sekolahku? Sepeti jam berapa biasanya aku pulang, jelas sekali bukan? “ya, sudah sekian lama aku berdiri di sini. Oh ya, ngomong ngomong apa yang kalian lakukan? Aku bertanya kembali kepadanya, namun kini yang menjawab adalah ibu “Kami sedang membuatkan kue ulang tahun untuk kak Lina” jawabnya singkat, aku melihatnya dengan penuh saksama dan sepertinya dia sedang bersungguh sungguh agar masakannya tetap dalam kualitas yang bagus, “uhm, ibu apa kau ingat hari ulang tahunku?” aku mendelik malu, pertanyaan konyol yang memalukan, bagaimana bisa orangtua melupakan ulang tahun anaknya “maaf, pertanyaanku bodoh, aku lelah dan ingin istirahat” aku meninggalkan mereka. Aku merebahkan tubuhku di kasur dan sesekali aku mendesah ringan. Kecewa, sedih, marah semua tercampur menjadi satu tak karuan. “semoga esok menjadi hari yang lebih baik” doaku sebelum tidur, harapan besar yang kunantikan. Pagi hari ini aku tak ingin terlambat karena aku percaya akan ada hari baik, jadi sekeras apapun aku akan menerimanya. Aku memasuki ruang kelasku dan tak lama kemudian seorang guru datang dengan seorang perempuan, “selamat pagi” sapanya dengan penuh ramah “selamat pagi” semua siswa serentak menjwab dam tak beberapa lama kemudian beliau mempersilahkan gadis itu memperkenalkan diri, aku dapat melihat pipinya yang merah merona seakan akan ini pertama kalinya dia pindah sekolah dan menatap wajah baru. “hai, namaku Ella, aku harap kita bisa jadi teman” aku mendengar ucapannya yang berat, benar benar indah. Ella duduk di sampingku karena kursi itulah yang tersisa untuk dia, dengan waktu singkat aku mulai akrab dengannya terkadang dia merengek seperti anak kecil namun terkadang dia cerewet seperti orang dewasa, namun inilah yang kusuka darinya. “Lina, hari ini aku senang sekali” dia menundukkan wajahnya membuatku tak dapat melihat ekspresi wajahnya “apa? Kenapa” tanyaku keheranan dan dengan perlahan ia mengangkat kepalanya dan aku mengerti, dia tampak seperti baru menitihkan air mata, “hey, ada apa” aku takut jika aku membuatnya menangis namun kemudian ia mendongak dan berkata “terima kasih” sembari tersenyum lebar. Aku tak dapat mengartikan ucapannya dan ekspresi wajahnya itu, apa maksudnya? Tapi hari ini aku tak ingin memkirkan hal itu, aku bersyukur karena ada sedikit kebahagiaan yang datang dan sebagai rasa syukurku aku berjanji akan menjaganya dan tidak menyakiti perasaannya karena dia begitu berarti bagiku, “Hey, aku memanggilmu dari tadi tapi kau tak dengar, kenapa? Terlalu sibuk melamun? Apa sih yang kau lamunkan?” Kata kata itu, tak salah lagi dia adalah Ella, aku menoleh dan ternyata benar aku segera mengusap air mataku dengan punggung tanganku, dia melihatku dengan tatapan aneh dan kemudian tersenyum lebar sembari mengulurkan tangannya, “terima kasih” lirihku, terlalu lirih sehingga tak terdengar. Di ruang perpustakaan kami tak berbicara satu sama lain hingga akhirnya Ella yang memulai pembicaraan “hey terlihat sedang tidak baik baik saja, ada apa” tanyanya lirih namun tetap terdengar, aku hancur namun aku tak ingin terlihat seperti itu di depannya jadi kupaksakan diriku untuk tetap tersenyum, “tidak, aku baik baik saja” aku berusaha menyembunyikan perasaanku yang sesungguhnya namun tak berhasil, dia tetap dapat membaca perasaanku dengan jelas seolah sudah sangat lama mengenalku, “kau berbohong, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu, katakan saja aku akan mendengarkan semuanya” kata katanya itu benar benar menyentuh membuatku tak tahu harus menjawab apa hingga akhirnya kata yang keluar dari mulutku adalah “terima kasih”. Seseorang tiba tiba saja melempariku secarik kertas, entah apa maksudnya mungkin dia ingin memberi tahu sesuatu jadi aku langsung membukanya dan isi suratnya benar benar menyakitkan tak dapat kuterima, aku mulai menitikkan air mati menangis tersedu sedu hingga Ella datang menenangkanku. Aku berlari menuju cermin, “apakah aku sejelek itu” lirihku, namun tiba tiba seseorang menjawabku dengan suara lembutnya “tidak, kau adalah gadis baik”. Itulah yang diucapkannya. Aku menoleh ke belakang memastikan siapa yang mengatakan itu dan ternyata Ella, aku mulai menangis dan dia memelukku erat. “Ayo” Ella tersenyum sambil mengulurkan tangannya, aku membalas senyumnya dan menjabat uluran tangannya. Saat berada di perpustakaan tiba tiba Devina dengan teman temannya mendatangi kami, aku tidak tau apa yang diinginkannya karena dia tiba tiba saja menarik tangan Ella dan mengatakan sesuatu, aku tidak bisa mendengarnya tapi aku sedikit khawatir. Semenjak saat itu Ella semakin menjauhiku, entah apa masalahnya tapi aku yakin bahwa dia tidak sebenarnya menjauhiku, hanya saja ia dipaksa. Meskipun begitu aku tetap saja merasa aneh dengan dirinya, tidak seperti biasanya yang selalu cerewet, Ella menjadi sedikit aneh dan aku jadi sedikit khawatir. Hari ini aku mencoba mendekatinya, namun dia menjauhiku “maafkan aku” ucapnya, aku tak mengerti jadi aku ingin bertanya padanya “ada apa?”, dia tidak menjawab sebentar dan kemudian menghela nafas “tidak apa apa” kemudian pergi meninggalkanku. Aku tidak mengerti apa maksud dari kata katanya, tapi aku yakin ia tidak baik baik saja, “Ella aku sungguh merindukan persahabatan kita” lirihku. Pagi hari ini kepalaku terasa berat dan dadaku terasa sesak dan sepertinya hanya sedikit oksigen yang masuk ke dalam paru paruku, mungkin karena terlalu berfikir. “Lina, kau tidak apa apa?” tanya ibuku, sepertinya ia khawatir dan ini pertama kalinya aku dikhawatirkan, “aku baik baik saja” ucapku, namun dia tetap saja merasa khawatir, apa sakitku separah itu sampai sampai ibuku yang selalu tak memperhatikanku kini menjadi sangat khawatir padaku, “aku tidak apa apa bu” aku mencoba meyakinkan ibuku dan diriku sendiri. Di saat pelajaran olahraga aku terpaksa harus ikut padahal badanku sedang tidak sehat, hari ini akan ada semacam tes dan aku berharap semoga aku dapat menjalani tes ini dengan baik walaupun kondisiku sedang tidak memungkinkan. Sebelum olahraga dimulai kami akan melakukan pemanasan dengan berlari mengitari lapangan sebanyak lima kali, biasanya aku dapat mengatur nafasku agar tidak terengah engah saat berlari namun kali ini aku tidak dapat melakukannya, berlari dua kali saja rasanya sudah hampir kehabisan nafas dan dadaku semakin sesak, aku tidak ingin semua orang mengetahuinya jadi aku hanya menahannya hingga tes berakhir. Saat pelajaran Matematika aku tak bisa berhenti merintih, ini benar benar menyakitkan. Aku berusaha agar rintihanku tidak terdengar dan aku akan menahannya hingga jam pelajaran berakhir, Ella semenjak tadi selalu melirik ke arahku dan wajahnya menggambarkan kekhawatiran. Bel berbunyi empat kali pertanda akan pulang, saat hampir berdiri tiba tiba saja kakiku sulit digerakkan dan ini membuatku semakin takut, Ella menuju ke arahku “kau baik baik saja?” ucapnya sambil menepuk bahuku, aku tidak bisa melihat wajahnya karena aku sedang menunduk, namun aku dapat mendengar suaranya yang penuh kekhawatiran. Aku menangis ketakutan, “Ella, kakiku tidak dapat bergerak dan dadaku semakin sakit. Apa ada yang salah denganku? Dengan kesehatanku? Apakah ini parah? Separah apa?” aku terus menerus melontarkan pertanyaan pertanyaan padanya dan tangisanku semakin menjadi jadi, dia mencoba menenangkanku dan disaat itu aku terjatuh di pelukannya. Saat terbangun tiba tiba saja aku berada di sebuah Rumah Sakit, “apa separah itu?” batinku. Tiba tiba saja orangtuaku datang dan memelukku erat, ini pertama kalinya mereka memelukku jadi aku senang saat mendapat pelukann mereka yang begitu hangat, saat sedang berbicara tentang apa yang terjadi padaku tiba tiba saja dokter datang memanggil orang tuaku “semoga bukan berita yang buruk” doaku, kemudian ibu dan ayahku pun mengikuti dokter itu. Tak beberaa lama kemudian mereka kembali dan berkata bahwa aku diperbolehkan untuk pulang, “Lira kau diperbolehkan pulang namun akan lebih baik jika kau tidak berolahraga dan jangan biarkan dirimu terlalu kecapekan” pesan dokter padaku, aku hanya tersenyum dan menangguk mengerti. Kemudian kami bersiap siap meninggalkan Rumah Sakit, syukurlah bukan masalah serius dan semoga saja memang benar. Di rumah ayah ibuku menjadi sering memperhatikanku dan ini membuatku benar benar senang namun juga sedikit khawatir, aku khawatir terhadap kak Lina. Di saat makan malam kak Lina tidak ikut bersama kami, aku menjadi sedikit khawatir jadi aku ingin menemuinya sekaligus meminta maaf padanya, namun ibuku melarangku dan aku tidak ingin membantah, meskipun niatku baik namun ibuku melarangku aku tidak akan melakukannya. Hari demi hari keadaanku semakin memburuk dan disaat itulah orangtuaku baru saja memberitahuku tentang penyakit yang kuderita, “Lira, maafkan ibu karena telah merahasiakan ini darimu” ucap ibuku semari menahan tangis, aku tidak mengerti apa maksudnya “dokter mengatakan kau sebenarnya tidak baik baik saja, sakit yang kau derita selama ini bukan sakit biasa” perkataan ayahku itu semakin membuatku tidak mengerti dan aku sedikit ketakutan, ibuku menghela nafas dan berkata “kau menderita kanker paru paru dan karena sudah lumayan parah sampai sampai menyerang otak”, aku terkejut dan kecewa dengan mereka semua yang merahasiakannya dariku, disaat keadaanku sudah seperti ini semuanya baru mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, benar benar menyakitkan. Di malam hari aku tidak dapat berhenti menangis, bukan karena kecewa melainkan karena aku sedang menahan sakit, kepalaku benar benar berat dan lagi lagi oksigen yang kuhirup rasanya seperti hanya sedikit. Aku tidak dapat tidur dengan nyaman dan ibuku menjadi sangat mengkhawatirkanku. Pagi hari ini aku tidak langsung menuju sekolah, melainkan menuju rumah sakit. Dokter berkata keadanku memang sudah semakin parah sehingga dokter terpaksa memasang alat pembantu nafas untuk berjaga jaga jika aku paru paruku tidak dapat menerima oksigen. Aku benci ini, namun aku terpaksa menggunakannya untuk hidup, terkadang aku berfikir bahwa hidup tak adil namun inilah kenyataan. Keesokan hari lebih parah dari hari sebelumnya, mereka menertawakanku atas apa yang ada di wajahku. Aku membenci benda ini, rasanya benda ini membuatku terlihat lemah dan semua temanku menjadi semakin membenciku. “Lira ada apa denganmu?” Ella bertanya padaku dengan wajahnya yang khas, “aku tidak apa apa” jawabku semari dengan senyum khasku, ia memiringkan kepalanya seperti tak percaya “bagaimana kau bisa bilang kau baik baik saja? Sudah jelas Devina dan teman temannya telah menertawaimu dan benda yang ada di wajahmu itu pasti bahan tawaan mereka bukan?” ucapnya panjang lebar dan disaat aku angkat bicara ia memutusnya “pasti kau sedang menderita, namun aku tidak peduli karena kita akan selalu bersama dan jangan sungkan untuk mencurahkan semua isi hatimu” ia tersenyum dan pergi meninggalkanku yang masih mematung. Hari demi hari keadaanku semakin memburuk dan aku terpaksa harus dirawat di rumah sakit, hari hari yang kujalani hanyalah berbaring dan minum obat terkadang juga suster menyuntikkan sesuatu ke tubuhku, sungguh membosankan namun harun tetap dijalani, aku hanya ingin sembuh dan aku belum siap meninggalkan mereka semua. Aku berusaha untuk bertahan dan semoga aku dapat melewati semua ini, sudah seminggu aku berbaring di atas kasur dan keadaanku tidak semakin membaik melainkan semakin memburuk, namun meskipun begitu aku tetap berusaha dan mengharapkan keajaiban datang. Teman temanku datang menjengukku, bahkan Devina juga ada datang menjengukku, aku sungguh bahagia disaat saat terakhir dalam hidupku mereka mau menjengukku, “Lira, kami harap kau cepat sembuh, dan kemudian kita bermain bersama, maafkan kami atas yang telah kami lakukan selama ini, kami harap kau mau memaafkan kami dan menganggap kami teman dan kami sudah menganggapmu teman kami” ucap devina panjang lebar, semua orang menangis. Disaat yang seperti ini aku merasa bahagia karena mereka telah menganggapku teman, namun sepertinya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, aku pergi meninggalkan mereka dan tidak akan kembali lagi untuk selamanya. Untuk Ella Saat kita pertama kali bertemu dan kau mau menjadi sahabatku aku sangat berterimakasih terhadap Tuhan atas apa yang diberikannya padaku, yaitu seorang sahabat yang sungguh baik. Aku merasa takut bahwa aku akan kehilanganmu disaat kau tiba tiba saja menjauhiku. Kau tahu? Aku sangat bahagia saat kau begitu mengkhawatirkanku, wajahmu benar benar lucu hingga rasa sakitnya hilang dan berubah menjadi tawa. Aku menulis surat ini karena aku tahu aku tidak akan bertahan lama lagi, ku harap kau masih tetap menganggapku teman, meskipun aku telah tiada. Maaf karena aku tidak dapat membalas semua yang telah kau berikan padaku dan terimakasih atas segalanya, terimakasih karena telah menganggapku sebagai temanmu, sekali lagi terimakasih. Cerpen Karangan Nada Lina Facebook nadalina ini pengalaman pertama saya, mohon bantuannya Cerpen Kesedihan, Rasa Sakit, Persahabatan merupakan cerita pendek karangan Nada Lina, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Karena Kita Adalah Sahabat Oleh Sellanisa Salsabilla Namaku Ragatha abraham. Remaja perempuan kelas 3 SMP di salah satu sekolah negeri yang ada di Jakarta. Kata teman-temanku aku mempunyai sifat seperti laki-laki, pemberani, jahil, namun emosian. Aku Malaikat Kecil Tak Bersayap Oleh Fuji Paujia Pahmawati Jia adalah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia merupaakan buah hati dari keluarga Wijaya dan Maria. Jia lahir di Puncak Situ yang sampai sekarang menjadi tempat Menunggu Waktu Yang Tak Kian Pasti Oleh Ika Trisnan Desederia Namaku ranty. Aku mempunyai banyak sahabat yaitu novi, ida, yumi, devi, nabilah, yahla dan dina. Disini aku tidak akan bercerita tentang persahabatanku, melainkan tentang rasa suka ku kepada ali. Hujan di Medan Senja Oleh Dwimas Anggoro Hujan di Medan Senja, Satu persatu air dari awan kelabu yang menggantung di atas langit mulai menjatuhkan diri, terhempas kedalam peluk bumi. Membuat jalanan becek, genangan air beriak-riak teriak. Sepatu Berdebu Oleh Muhammad Irsyad Aku perlahan berdiri, menyingkir sejenak dari kursi dan meja yang dingin, kemudian beranjak pergi menuju jendela di sudut kantor, tempat di mana aku berada. Terlihat dalam bayang-bayang kaca, wajahku “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" Mau tahu kata-kata sedih tentang penyakit yang justru dapat memberimu semangat dalam menanti kesembuhan? Kalau penasaran, mending baca informasi keren yang kami rangkum berikut ini sampai selesai!Di dalam perasaan sedihnya, seorang yang tengah sakit, tentulah memiliki harapan untuk segera sembuh. Kalau kamu juga demikian ketika sedang sakit, kata-kata sedih tentang penyakit yang terangkum di artikel ini mungkin dapat mewakili artikel ini, kami menguraikan kata-kata berisi doa dan harapan di mana seseorang berjuang melawan penyakit dan ingin diberikan kesembuhan. Barangkali, ungkapan-ungkapan yang kami rangkum turut menjadi penyemangat bagi siapa pun yang membaca agar segera tahu seperti apa kata-kata sedih tentang penyakit yang kiranya mampu membangkitkan lagi semangat mereka yang sedang sakit untuk segera sembuh? Daripada penasaran, simak langsung penjelasan lengkap yang ada di bawah ini, yuk!1. Penyebab Penyakit Sebagian obat justru menjadi penyebab datangnya penyakit, sebagaimana sesuatu yang menyakitkan adakalanya menjadi obat penyembuh. Ali bin Abi Thalib Quotes sedih yang kami kutip dari Ali bin Abi Thalib tersebut menyebutkan tentang sifat penyakit. Terkadang, rasa sakit yang datang bisa menjadi penyembuh suatu penyakit, begitu pula sebaliknya obat pun dapat menjadi penyebab munculnya sakit. 2. Sebagian Nikmat Jika sakit ini adalah sebagian dari nikmat yang Tuhan berikan, maka kita mesti ikhlas menerimanya. Walau sedih, quote tentang penyakit yang satu ini mengandung nasihat penting. Bahwasanya, sakit yang dialami seseorang merupakan bagian dari takdir Tuhan. Bisa jadi, itu adalah bentuk nikmat lantaran sakit dapat menjadi sarana penghapus dosa. 3. Pekat Membulat Tuhan tahu ada pekat yang membulat. Tuhan tahu ada sakit yang menahun. Namun, Tuhan lebih tahu ada jiwa yang sempurna untuk sekedar rapuh saat ini. Stefani Bella Ungkapan lain tentang penyakit yang tak kalah membuat sedih adalah sebagaimana tertera pada quotes di atas. Terkadang, rasa sakit membuat kita rapuh dan nyaris putus asa menjalani hidup. Hal itu wajar, asalkan kita segera bersemangat untuk sembuh. 4. Cinta dari Tuhan Aku pasrah pada kehendak Tuhan yang memberiku rasa sakit yang sebenarnya tak kuinginkan. Seandainya bisa, mungkin aku ingin sekadar bertanya mengapa Tuhan menunjukkan rasa cintanya dengan cara seperti ini. Quote yang satu ini hampir mirip dengan ungkapan sedih tentang penyakit sebelumnya. Bahwasanya, seringkali penyakit yang datang merupakan wujud dari cara Tuhan mencintai kita. Tuhan ingin agar kita senantiasa memohon dan berdoa pada-Nya. 5. Tetap Bahagia Punya penyakit bukan berarti kamu nggak bisa bahagia. Kalau nggak ada yang nemenin kamu, aku yang bakal nemenin. Orizuka Kata-kata sedih tentang penyakit di atas berisi quote penyemangat agar cepat sembuh. Pasalnya, di dalamnya berisi pesan bahwa akan ada seseorang yang senantiasa rela berkorban untuk mendampingi orang terdekatnya hingga mendapatkan kesembuhan. Baca juga Curhat Lewat Kata-Kata Sedih Karena Ditinggal Pas Sayang-Sayangnya 6. Pasien Pasien juga seorang manusia yang butuh perhatian untuk menghadapi keadaannya, bukan cuma untuk mempelajari penyakitnya saja. Ferdiriva Hamzah Quotes sedih yang satu ini menyinggung tentang kebutuhan seorang pasien dalam menghadapi penyakit yang dideritanya. Bahwasanya, pasien juga memerlukan perhatian dari orang-orang terdekat, bukan sekadar obat untuk penyakitnya. 7. Tak Lagi Kecewa Aku tak lagi meremang dalam sedih atau kecewa. Yang terapal dalam kepala adalah bagaimana aku bisa menjalani hari esok dan seterusnya. Kamu mungkin akan merasa sedih jika membaca quote tentang penyakit di atas. Terkadang, seseorang yang menderita sakit untuk waktu lama dan pernah menghabiskan waktu untuk merasa kecewa, akan mulai bisa menerima penderitaannya dan fokus untuk dapat menjalani hidup ke depannya. 8. Harus Aku? Mengapa Tuhan mengizinkan aku mengidap penyakit ini? Mengapa bukan orang lain? Mengapa harus aku? Cicilia Prima Orang sakit bisa jadi mempertanyakan alasan Tuhan membuatnya terbaring lemah tak berdaya. Kalau kamu pernah atau sedang mengalaminya, quote sedih tentang penyakit yang terdapat pada kutipan di atas mungkin dapat menggambarkan isi hatimu. 9. Digerogoti Meski tubuhku digerogoti, aku percaya bahwa masih banyak yang bisa disyukuri. Quotes sedih tentang penyakit yang satu ini menggambarkan kepasrahan terhadap keputusan Tuhan. Bahwasanya, terlepas dari hal buruk apapun yang kita alami, kita masih perlu mensyukuri sebagian besar nikmat lain yang Tuhan berikan. 10. Takut Hidup Penyakit favorit di abad ke-20 ini adalah ketakutan akan hidup. William Lyon Phelps Menurut quote tentang penyakit yang juga bernuansa sedih dari William Lyon Phelps di atas, manusia masa kini memiliki ketakutan akan suatu hal. Yaitu takut menjalani kehidupan yang seringkali penuh dengan ketidakberuntungan, dan itu merupakan suatu penyakit. Baca juga Kumpulan Kata dari Anak Perempuan untuk Ayahnya yang Begitu Mengharukan 11. Bagi Orang Beriman Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Surah Yunus 57 Kata-kata sedih tentang penyakit di atas kami kutip dari Surah Yunus ayat 57 bisa diberikan kepada orang sakit yang beragama Islam. Bahwasanya, rasa sakit adalah ujian bagi manusia, di mana di dalamnya terdapat pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik dan mampu meningkatkan keimanan kepada Tuhan. 12. Hanya dalam Mimpi Dalam hidup ini ada saatnya kita terbaring, di mana merasakan keinginan untuk bangkit dan tidak hanya sekedar di dalam mimpi. Saat sedang sakit, keinginan untuk bisa bangkit lagi demikian besar sampai-sampai terasa seperti mimpi. Kalau kamu memimpikan hal yang sama ketika sakit, kata-kata sedih tentang penyakit tersebut mungkin mewakili situasimu. 13. Sakit dari Tuhan Terkadang Tuhan menggunakan rasa sakit untuk mengingatkan, mengoreksi, mengarahkan, dan menyempurnakan hidup kita. Ungkapan yang satu ini mungkin juga dapat menggambarkan apa yang kamu rasakan sewaktu sakit. Bahwa kamu optimistis akan mendapatkan kesembuhan karena menganggap itu sebagai cara Tuhan menyempurnakan hidupmu. 14. Untuk Bangkit Kembali Aku akan berjuang demi kesembuhan, karena tidak ada yang penting bagiku selain keinginan untuk bangkit kembali. Kata-kata sedih tentang penyakit yang tertera pada kutipan di atas berbicara mengenai perjuangan seseorang untuk mendapatkan kesembuhan. Di mana baginya, keinginan untuk segera bisa berdiri dan beraktivitas kembali sangatlah besar. 15. Kekuatan untuk Sembuh Ketika aku berpikir bahwa hanya ada kata kuat, maka yang akan datang adalah kekuatan untuk segera sembuh. Kutipan yang satu ini juga bisa dibilang menyinggung mengenai keinginan kuat seseorang yang sakit untuk mendapat kesembuhan. Salah satu caranya adalah dengan tetap berpikir bahwa dirinya kuat dan akan segera bisa berdiri lagi. Baca juga Kata-Kata Sindiran Bahasa Jawa dan Artinya yang Tepat Sasaran 16. Melawan Sakit Apa pun yang aku rasakan saat ini, harus bisa melawan semua rasa sakit itu agar dapat segera bangkit. Kata-kata sedih lainnya yang juga berbicara tentang penyakit adalah seperti tertera pada kutipan di atas. Bahwasanya, sesakit apa pun rasanya, suatu penyakit mesti dilawan sehingga bisa segera mendapatkan kesembuhan. 17. Hanya Sementara Aku yakin rasa sakit ini hanya sementara, dan semoga aku bisa mengambil hikmahnya. Setiap orang tentulah berharap rasa sakit yang diderita hanya untuk sementara, dan berakhir ketika mereka sudah bisa mengambil pelajaran darinya. Kiranya, itulah makna yang tersirat di balik kata-kata sedih tentang melawan penyakit yang tertulis pada kutipan di atas. 18. Meski Menyedihkan Penyakit yang menyerang ini memang menyedihkan, tapi aku percaya bahwa semua hanyalah sementara. Kata-kata sedih tentang penyakit yang satu ini bisa dikatakan hampir sama maknanya dengan kutipan sebelumnya. Intinya adalah, rasa sakit mesti dilawan, dan berjuang untuk mendapatkan kesembuhan merupakan suatu keharusan. 19. Semangat dalam Diri Aku ingin cepat bangkit karena semangat dari diri sendiri yang mampu melihat bahwa ada seberkas cahaya di balik pekatnya kegelapan ini. Sewaktu sakit, sebagian orang barangkali berusaha untuk menanamkan semangat dalam dirinya sehingga bisa sembuh lebih cepat. Kiranya, itulah maksud tersirat yang tersimpan di balik kata-kata sedih tentang penyakit pada kutipan di atas. 20. Sehat vs Sakit Orang yang sehat memiliki ribuan keinginan, sedangkan mereka yang sakit hanya memiliki satu keinginan, yaitu sembuh. Kata-kata sedih tentang seseorang yang menderita penyakit di atas menyinggung bedanya orang sehat dengan mereka yang sakit. Bahwasanya, mereka yang sakit tidak mempunyai keinginan macam-macam selain untuk bisa segera sembuh. Baca juga Kata-Kata Karma untuk Orang yang Menyakiti Kita agar Menyadari Kesalahan 21. Pantang Mengeluh Aku tidak akan mengeluh atas sakit yang sedang aku derita, karena mengeluh tidak akan mampu mengubah apa yang sedang aku rasakan menjadi lebih baik. Kamu mungkin bisa ikut merasakan sedih setelah membaca kata-kata tentang penyakit yang tertera pada kutipan di atas. Bahwasanya, rasa sakit tidak akan hilang begitu saja, apalagi jika seseorang hanya mengeluhkan apa yang dialaminya. 22. Pertanda dari Tuhan Saat jatuh sakit, mungkin itu pertanda Tuhan rindu melihatku menangis di hadapannya dan berdoa meminta kesembuhan dari-Nya. Berdoalah meminta kesembuhan pada Tuhan ketika sakit, karena bisa jadi apa yang kamu rasakan ialah pertanda dari-Nya. Sebuah pertanda bahwa kamu mesti lebih mendekatkan diri pada-Nya dalam keadaan apa pun. 23. Menghadapi Cobaan Aku harus hadapi segala cobaan yang sedang menimpaku, karena masih banyak orang di dunia yang lebih sakit dariku. Kata-kata sedih tersebut seperti berbicara tentang penyakit merupakan cobaan dari Tuhan. Untuk itu, sebaiknya kita tidak mengeluh karena bisa jadi, banyak orang di luar sana yang mungkin menderita sakit lebih parah dari yang kita rasakan. 24. Tabah dan Ikhlas Aku akan tetap tabah dan ikhlas menjalaninya, karena dengan sakit ini aku bisa semakin dekat pada-Nya. Kata-kata sedih tentang seseorang yang menderita penyakit di atas mengandung makna yang cukup dalam. Bahwasanya, ada seseorang yang ikhlas menerima sakitnya jika penderitaan itu mampu membuatnya semakin dekat pada Tuhan. 25. Perhatian dari Tuhan Bersyukurlah ketika kamu mengalami sakit, itu tandanya Tuhan sangat mengistimewakan kamu dengan perhatian-perhatian kecil-Nya. Ungkapan berikut ini menyinggung soal alasan Tuhan memberikan rasa sakit sebagai ujian bagi manusia. Yaitu, Tuhan sedang memberikan kita kesempatan istimewa agar kita memohon kesembuhan dan ampunan atas dosa-dosa selama sehat. Baca juga Kata-Kata Sindiran yang Keras dan Pedas, Langsung Kena Sasaran! Itulah tadi kumpulan kutipan mengharukan mengenai penyakit yang menimpa manusia. Walau terkadang kita merasa sedih karenanya, tetaplah bersemangat untuk sembuh agar bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala. Semoga berbagai kutipan anonim yang kami rangkum di atas dapat menjadi salah satu kata-kata motivasi agar kamu cepat sembuh, ya. Juga, jangan lupa berdoa siapa tahu sakit yang kamu derita merupakan sarana penghapus doa. PenulisArintha AyuArintha Ayu Widyaningrum adalah alumni Sastra Indonesia UNS sekaligus seorang penulis artikel nonfiksi yang juga punya banyak jam terbang menulis fiksi, seperti cerpen dan puisi. Terkadang terobsesi menulis skrip untuk film atau sinema televisi. Punya hobi jalan-jalan di dalam maupun luar negeri. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar. Cerpen Karangan Ribka SepatiaKategori Cerpen Cinta, Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 13 June 2013 Pagi ini aku berangkat sekolah di antar oleh kakakku karena papa tidak sempat mengantarku, ada urusan mendadak. Keluargaku sangat mengasihiku kami hidup sangat rukun dan berkecukupan, rumahku penuh canda dan tawa. Sesampai di sekolah, aku mencium tangan kakakku dan berkata “doakan belajarku hari ini ya kak”, kakakku membalas dengan senyuman lalu aku pun berjalan menuju kelasku. Kegiatan proses belajar-mengajar pun di mulai, hingga hampir jam pulang pun tiba keadaanku masih baik-baik saja. Dan ketika bell pulang pun berbunyi aku keluar menusuri jalan tapi kali ini ada rasa aneh di kepalaku, aku merasakan sangat sakit hingga aku tidak tahan lagi dan duduk mencari tempat yang sepi. Setelah duduk beberapa saat kepalaku sudah tidak sakit lagi dan aku pun melanjutkan jalanku ketika itu mungkin haris melihatku dan menghampiriku, lalu berkata “tumben pulangnya lama cha?, gak di jemput papanya”, “papaku lagi sibuk jadi enggak sempat jemput ntar lagi juga kakakku mungkin datang” balasku sambil senyum biasa, “ayo aku antar pulang aja, kasian kamu sendiri disini” kata haris menawarkan. Awalnya aku menolak tapi haris terus memohon sehingga membuat aku mau. Sesampainya di depan rumah aku turun lalu berkata “gak mau masuk dulu ris”, “lain kali aja cha lagian sudah mendung nii” kata haris dengan lembut, “oh ia deh, aku masuk dulu ya” kataku lalu masuk ke dalam rumah, sesampai di rumah mama melihatku dan berkata “Kak dienya mana cha bukannya tadi dia yang jemput ya”, “cha di antar teman ma” kataku setelah itu kak die pun muncul dan melihatku lalu berkata “loo, di antar siapa cha tadi kakak jemput tapi sudah gak ada lagi di sekolah” saat kak die bicara sakit di kepalaku mulai berasa lagi lalu aku berjalan menuju kamarku sambil berkata “tadi diantar teman”. Sampai di kamar aku meletakkan tasku dan mencari obat sakit kepala, setelah minum obat sakit kepalaku hilang aku tidak ada rasa curiga di saat itu. Mungkin karena aku tadi ujian makanya kepalaku agak sedikit pusing. Besok paginya saat aku terbangun dari tidurku aku merasakan sakit kepalaku timbul lagi tapi aku tidak menghiraukan rasa sakit itu, aku bersiap-siap menuju sekolah dan di antar kakakku lagi. Turun dari motor aku hendak menyalam tangan kakakku tapi sakit itu muncul lagi hampir membuatku jatuh tapi untung kakakku langsung menangkapku dan berkata “kamu kenapa cha?, gak lagi sakit kan”, aku menatap kakakku dan berkata “gak pa-pa kok kak mungkin ini Cuma sakit kepala biasa” lalu aku berjalan menuju kelas. Saat PBM di mulai aku juga mulai merasakan sakit yang menjadi di kepalaku hingga membuatku jatuh pingsan. Dan saat aku terbangun aku sudah berada di dalam ruang UKS sekolah ternyata yang menggendong aku ke ruang UKS ini Haris teman sekelasku. Setelah beberapa menit kakakku pun datang menjemputku dan membawaku pulang, sampai di rumah aku melihat mama sangat khawatir dan langsung memelukku sambil berkata “kenapa Cha?, sakit kok gak bilang mama” aku melihat raut wajah mama yang sangat khawatir akan keadaanku lalu aku berkata “Cha gak pa-pa kok ma mungkin Cuma kecapean aja dan butuh istirahat” aku pun di antar mama kekamarku lalu aku tidur. Paginya aku sudah merasakan agak baikan dan mama datang ke kamarku lalu berkata dengan raut wajah khawatir “kalo belum sanggup sekolah gak usah di paksakan ya cha” lalu aku tersenyum dan berkata kepada mama “sudah agak mendingan kok ma, lagian hari ini cha ada ujian”. Mendengar itu mama keluar dari kamar dan aku pun bergegas untuk pergi sekolah. Kakakku mengantarku ke sekolah dan hari ini aku benar-benar merasakan lebih baik. Hari ini kami ada ujian dan saat PBM berlangsung pun aku sudah tidak merasakan sakit apa-apa lagi. Dan sepulang sekolah terlihat kak die sudah menungguku lalu kami pun pulang ke rumah, sepulang sekolah aku membantu mama masak semur kesukaanku untuk makan malam dan setelah makan malam selesai aku beranjak ke kamarku dan belajar dan aku tertidur. Pagi ini aku merasa sakit kepalaku kambuh lagi dan saat itu keluar darah dari hidungku dan aku sangat takut saat itu tapi setelah beberapa menit darahnya pun berhenti lalu aku bergegas mandi saat sarapan aku tidak cerita apa-apa sama mama dan kak die karena aku gak mau buat mereka khawatir dan setelah sarapan aku berangkat sekolah dan di sekolah sampai istirahat pertama keadaanku baik-baik aja tapi setelah istirahat kedua darah itu mulai keluar dan teman sebangkuku melihat itu lalu berkata “kamu kenapa cha?, kok keluar darah dari hidungmu” aku mencoba menutupi hidungku dengan tissue dan berkata kepada elsa “aku gak apa-apa kok sa, ini Cuma mimisan biasa kok” lalu aku pergi ke kamar mandi dan elsa mulai curiga dan khwatir denganku. Beberapa lama di kamar mandi aku mulai merasa pusing, darah itu tak kunjung berhenti dan ketika aku hampir pingsan elsa datang bersama haris dan saat itu juga haris menahanku agar tidak jatuh ke lantai dan mereka membawaku pulang ke rumah. Saat aku sadarkan diri aku melihat begitu banyak orang di sekelilingku yaitu mama, papa, kak die, haris dan elsa, lalu aku berkata dengan suara lemah “kapan papa pulang dari Australia?, kok gak kabarin cha, papa bawa apa untuk cha” ketika itu papa langsung memelukku dan berkata “adek cha sakit apa? kok bisa sampe pingsan, papa langsung pulang sesudah mamamu telpon papa dan bilang kamu sakit” aku sedikit mengeluarkan senyuman kepada papa agar dia tidak begitu khawatir dan berkata “cha gak pa-pa kok pa, cha cuma mimisan karena mungkin cha kecapean belajar” . Setelah itu haris dan elsa pun pamit pulang, “om, tan, kak kami permisi pulang dulu ya kak” kata haris lalu setelah itu elsa pun berbisik ke telingaku “cepat sembuh ya cha” lalu memberikan senyuman kepadaku. Kak die pun mengantar haris dan elsa ke depan rumah, mama dan papa terus menjagaiku saat itu lalu aku pun berkata “Cha cuma butuh istirahat kok ma, pa”. Mama dan papa pun meninggalkanku tertidur lelap di kamar tapi sebenarnya aku tidak tidur melainkan hanya ingin membuat mama dan papa tidak perlu begitu menjagaiku. Di luar kamarku aku mendengar percakapan antara mama dan papa. “Pa, Anak kita gak kenapa-napa kan pa?” kata mama dengan suara sedih “mungkin yang dikatakan Cha benar ma, dia Cuma butuh istirahat sebentar” kata papa berusaha menenangkan mama Saat itu aku hanya mampu menangis, aku juga takut akan terjadi sesuatu padaku karena selama ini aku gak pernah sakit seperti ini apalagi sampai mimisan. Aku cuma bisa berharap ini bukan sakit parah, aku berusaha menenangkan pikiran dan perasaanku dan akhirnya aku tertidur. beberapa jam kemudian aku tiba-tiba terbangun dari tidurku karena ada yang masuk kamarku dan ternyata itu mama, dia membawakan makan malam untukku dan menyuapiku. Rasanya cuma waktu kecil aku disuapin mama tapi kali ini dia menyuapiku lagi di tambah aku melihat begitu besar rasa ke khawatiran di matanya dan setelah selesai makan malam mama keluar dan menutup kamarku aku pun tidur kembali. Malam ini aku bermimpi bertemu nenek di sebuah tempat yang sangat indah, aku sangat suka tempat itu, tempat itu sangat indah, banyak bunga disana, udaranya juga sangat segar. Nenek terus mengajakku bercerita dan nenek juga mengajak aku untuk tinggal bersamanya di tempat itu tapi aku menolak, aku bilang “Cha masih ingin lama-lama sama mama, papa dan kak die nek” lalu nenek terdiam dan seketika itu aku terbangun karena mama datang membangunkanku. Aku merasa sangat aneh dengan mimpi itu karena sebelumnya aku gak pernah mimpi seperti itu apalagi bertemu nenek tapi aku tidak menceritakan itu pada mama karena tidak ingin membuatnya semakin khawatir. Aku pun berusaha kuat dan tegar di depan mama dan beranjak ke kamar mandi tapi saat aku keramas aku melihat begitu banyak rambutku yang rontok dan aku semakin takut. Aku takut aku bakal benar-benar meninggalkan mama, papa dan kak die. Aku pun berusaha bersikap seperti biasa di depan mereka saat kami sarapan, aku gak akan menceritakan apapun pada mereka. Dan hari ini aku berangkat sekolah di antar papa lagi, di kelas semua teman-teman menanyakan kabarku tapi tidak dengan haris, dia hanya melihatku saja dan terlihat wajahnya sangat cemas. Haris entah mengapa dia hadir di saat aku sakit seperti ini dan entah mengapa dia yang selalu menolongku. Hari itu di jam terakhir guru kami tidak masuk dan seperti biasa aku membawa buku dan belajar di bawah pohon di sekolahku, saat sedang asik tiba-tiba Haris muncul ke hadapanku dan menawarkan sebuah senyuman kepadaku saat itu lalu duduk di sampingku. Beberapa saat kami hanya diam-diam saja tapi saat aku hendak bicara dia juga bicara sehingga terjadilah percakapan di antara kami berdua Haris Ehh, Cha aja yang ngomong duluan. Aku Gak usah, haris aja dulu. Haris Enggak Cha aja dulu soalnya kayaknya penting. Aku Emm, ya sudah deh, Cha Cuma mau ngucapin makasih sama haris karena sudah selalu bantuin Cha selama Cha sakit, tapi gimana ceritanya sih kok kemaren waktu aku mau pingsan di Kamar mandi, haris dan elsa bisa datang bersamaan? Haris Elsa yang mengajakku ke kamar mandi karena dia khawatir kamu kenapa-napa soalnya elsa kamu udah pergi begitu lama ke kamar mandi jadi dia curiga. Aku Oohh, aku kirain kalian gak janjian. Haris Oh ya Cha ada yang mau aku Tanya sama kamu, sebenarnya kamu sakit apa sih? Aku Aku gak kenapa-napa kok ris mungkin kemaren itu kecapean aja buktinya sekarang aku udah baik-baik aja kok. Haris Cha ada yang mau aku bilang sama kamu. Aku Apa ris? kok kayaknya penting banget, hehehe Haris Aku tu suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacarku? Aku Maaf ya ris, aku belum bisa jawab sekarang. Ketika itu aku langsung pergi meninggalkan haris dan bell pun berbunyi. Aku mengambil tas ke kelas dan pulang, beberapa menit kemudian papaku datang menjemputku. Di dalam mobil aku merasa penyakit itu datang lagi dan sampai di depan pintu hendak membuka pintu tanpa sadar aku jatuh pingsan. Terbangun dari pingsan ternyata aku sudah berada di rumah sakit. Mama memelukku dan berkata sambil menangis pilu “kok adek sakit gak bilang mama sih cha?, udah gak sayang lagi ya sama mama”, “enggak kok ma, adek cuman gak mau buat mama repot” kataku sambil tersenyum. Lalu dokter masuk ke ruangku dan berbisik kepada papa hingga mereka pun keluar. Saat papa masuk, mama langsung mendekati papa dan papa mengajak mama keluar lagi, aku pun semakin bingung, apa yang terjadi padaku, apakah penyakitku ini parah. Ketika mama masuk dan mendekati tempat tidurku, aku langsung bertanya “Cha sakit apa sih ma? Kok Cha ngerasain sakit banget”, mama menangis dan memelukku lagi dan berkata dengan suara pelan “sebenarnya adek kena penyakit kanker otak stadium 5”. Seketika itu aku merasakan bahwa aku gak akan hidup lama lagi, aku benar-benar akan meninggalkan mama, papa dan kak die. Tuhan inikah akhir dari hidupku kataku dalam hati. Tapi aku berusaha tegar saat mendengar itu, aku masih mampu tersenyum kepada mereka. Ruang itu menjadi sangat sunyi senyap, hanya ada tangis dan air mata tapi aku berkata “look ok pada nangis sih, adek gak pa-pa kok ma, pa, kak die ntar juga bakal sembuh, hapus dong air matanya” mereka memelukku dengan sangat erat. Aku tau betapa sedihnya mereka tapi aku lebih sedih, aku yang merasakan sakit ini. Karena keadaanku yang semakin menurun dan parah maka aku tidak mungkin lagi bersekolah, aku harus rawat inap di rumah sakit, setelah 2 hari di rawat haris, elsa, dan kawan-kawan kelasku pun datang menjengukku. Mereka semua menangis dan memelukku satu per satu setelah mengetahui penyakitku, apalagi haris sampai-sampai dia tidak sanggup berkata-kata lagi. Hari ketiga di rumah sakit aku merasakan keadaanku semakin menurun, aku hanya dapat berdoa kepada Tuhan agar penyakit ini diangkatkan. Makin hari kepalaku semakin sakit dan rambutku pun semakin rontok dan sekarang aku sudah botak. Tuhan mengapa ini terjadi padaku, apa salahku Tuhan, aku gak sanggup melihat mereka menangis lagi. Akhirnya rumah sakit mengusulkan untuk mengobatiku di Penang, Malaysia tapi ternyata disana pun hanya sedikit harapan aku dapat sembuh, mereka tidak mampu mengobatiku hanya mampu mengurangi rasa sakit penyakitku. Mama dan papa sangat berusaha untuk mengobatiku, mereka mencari rumah sakit mana yang mampu mengobatiku tapi ketika mereka menemukan rumah sakit itu dan hendak mengajakku, aku menolak untuk di bawa kesana. Aku cuma minta di bawa pulang ke Indonesia dan berada di rumah saja karena aku merasakan waktuku gak lama lagi. Dengan terpaksa mereka menuruti keinginanku dan kami kembali ke Indonesia, di rumah ada seorang suster dari rumah sakit yang merawatku. Berada di rumah bersama mama, papa, dan kak die sudah sangat mengurangi sakitku walaupun aku sering mendengar tangis mereka di belakangku. Mengetahui aku sudah berada di rumah, haris sangat sering mengunjungiku dan menyemangatiku. Dia sangat perhatian padaku tapi sayang kami tak mungkin bersama. Hampir satu bulan keadaanku semakin memburuk dan sekarang untuk berjalan pun aku sudah tidak mampu lagi, apalagi untuk berbicara. Mama selalu mendoakanku tapi mungkin Tuhan berkehendak lain. Malam itu aku sedang menulis 2 surat, 1 untuk keluargaku dan 1 lagi untuk Haris. Isi suratku untuk keluargaku “Hei, mama, papa dan kak die aku udah senang lo disini, mungkin saat membaca surat ini Cha udah gak bisa lagi bicara, meluk dan melihat kalian tapi percayalah Cha udah bahagia disini, oia Cha disini bareng nenekku lo ma, pa, kak die. Dulu juga sebelum Cha sakit, Cha mimpi bertemu nenek dan nenek mengajak Cha tinggal bersamanya. Tapi Cha kemaren gak mau cerita soalnya Cha gak mau buat kalian khawatir. Kalian jangan sedih ya, Cha udah senang kok disini. Selamat tinggal ya. Salam Ananda Richa.” Dan isi suratku untuk Haris “Hai haris, sebelumnya Cha ucapin makasih ya, Haris selalu ada saat Cha sakit. Sebenarnya Cha juga sayang sama Haris tapi saat Haris nyatain perasaan Haris sama Cha. Cha udah ngerasa Cha itu udah sakit makanya Cha gak bisa jawab waktu itu. Haris itu pria yang baik, pasti ada banyak cewek yang lebih baik dari Cha mau sama Haris. Haris baik-baik ya. Mungkin kita gak akan bertemu. Cha bahagia disini. Salam Richa. Mungkin saat aku pergi dan setelah aku pergi surat itu sudah sampai di tangan mereka. Mudah-mudahan mereka dapat menerima kepergianku. Cha sayang mereka semua. Cerpen Karangan Ribka Sepatia Facebook Ribka Sepatia Nama Ribka Sepatia Alamat Berastagi Cerpen Penyakit Ini Akhir Hidupku merupakan cerita pendek karangan Ribka Sepatia, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Amerta Tidak Terlupakan Oleh Nur Endah Dwi Apriyani Jam sudah menunjukkan pukul WIB, di mana Anya dan teman-temannya mulai berhamburan keluar kelas. Yups, Anya merupakan siswi SMA Nusantara yang memakai sistem fullday school. Seperti biasa, di Mempunyai Adik Baru Oleh Nabila Azahro Hai namaku Nabilah Azahro, cukup panggil Aza saja. Aku bersekolah di Min Pelaihari. Pada hari Senin Tanggal 20 juni 2016 pada jam 4 subuh terdengar suara orang menangis, pada Hai Namaku Aline Hal Buruk yang Indah Part 2 Oleh Nur Ma'izzatul Akmal Beberapa jam kemudian. Aku menguap, badanku terasa lebih ringan dari beberapa saat sebelumnya. Sesaat, aku tak ingat apapun, satu-satunya hal yang kuyakini adalah aku berada di ruang yang berbeda. Malaikat Kecil Tak Bersayap Oleh Fuji Paujia Pahmawati Jia adalah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia merupaakan buah hati dari keluarga Wijaya dan Maria. Jia lahir di Puncak Situ yang sampai sekarang menjadi tempat Senyum Seindah Pelangi Oleh Faline Honey Semuanya seperti deja vu. Masih terukir dengan jelas di benakku, tentang hari itu. Di saat butiran-butiran air berjatuhan dari langit. Petir pun seolah tak mau kalah meramaikan suasana dengan “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"

cerpen sedih tentang penyakit